Saya Dewa Putu Eka Indra Yana, teman-teman memanggil saya Dewa Indra. Saya adalah seorang pelajar bahasa Jepang di Universitas Pendidikan Ganesha yang lulus program magang internasional di Hotel Nikko Alivila Yomitan Resort Okinawa, Jepang bersama dengan tujuh teman lainnya. Selama 6 bulan saya mendapatkan banyak pengalaman dan pengetahuan baru mengenai tata cara kerja dan budaya Jepang. Seperti, bagaimana cara memberikan pelayanan yang baik pada tamu restoran, masakan Jepang, budaya menghargai sesuatu dan juga festival di setiap musim.
Dari semua pengalaman tersebut, festival di setiap musim menjadi pengalaman yang paling mengesankan. Sabtu, 29 Oktober 2022 yang merupakan hari festival Yomitan ke 48 atau dalam bahasa Jepang disebut Yomitan Matsuri. Festival tersebut biasanya diadakan sekali setiap tahun, tetapi sempat tertunda karena pandemi covid-19.
Tepat pada hari festival Yomitan hanya saya yang mendapat giliran untuk libur bekerja. Oleh karena itu, saya pergi seorang diri ke acara tersebut dengan bus sesuai panduan yang ada di laman festival tersebut. Waktu itu belum mengetahui sistem bus di Jepang dan hanya tahu bahwa di bus terdapat nomor yang mana akan diantarkan ke tempat tertentu. Sesuai dengan panduan yang ada, nomor bus 28, 29 dan 228 akan mengarah ke festival. Empat jam sebelum festival dimulai, saya memberanikan diri untuk pergi ke festival dengan naik bus dan mempersiapkan uang untuk jaga-jaga jikalau tersesat. Setelah itu, saya menaiki bus nomor 29, tetapi diarahkan ke arah yang berbeda (saat itu saya melihat peta yang saya simpan) dan merasa panik. Saya bertanya ke penumpang sebelah dan dikatakan tersesat oleh seorang anak SMP yang bersama Ibunya.
Untungnya penumpang tersebut memberikan saran untuk turun di pemberhentian berikutnya. Sesuai saran tersebut saya turun di pemberhentian berikutnya dan masih ada waktu tiga jam sebelum festival dimulai. Melihat saya yang tersesat dan menunggu di halte bus, anak SMP tersebut bersama Ibunya menawarkan untuk masuk dan menunggu di rumahnya. Kebetulan juga anak tersebut akan ke festival dan saya memutuskan untuk pergi bersama mereka.
Sebelum berangkat, anak SMP tersebut juga mengajak temannya. Kami berangkat dengan jalan kaki karena tempatnya dekat. Saya merasa sedikit canggung, tetapi anak-anak tersebut berusaha untuk mengajak saya masuk ke dalam pembicaraannya. Saat itu saya bersyukur tersesat karena bisa bertemu mereka dan tidak sendirian menikmati festival.
Menuju tempat festival dengan berjalan kaki
Kami menikmati festival bersama, menikmati pertunjukan musik dan makan bersama. Tentunya bagi para lelaki permainan menjadi tujuan utama untuk menikmati festival sambil menunggu kembang api diluncurkan sesuai jadwal. Kami pergi untuk bermain menangkap ikan emas dengan jaring kertas yang disebut permainan Kingyou sukui. Saya tidak mendapat ikan dari permainan tersebut, tetapi dengan baik hati saya diberi satu ikan oleh pemilik toko karena tidak mendapatkan satu ikan pun. Tetapi, Anak SMP tersebut berbeda, mereka dengan santainya menangkap dan mendapatkan banyak ikan. Saya merasa dikalahkan padahal saya lebih tua.
Suasana festival Yomitan
Setelah lama menunggu, akhirnya kembang api dimulai dan kami menikmati indahnya kembang Api. Setelah selesai, kami langsung berpisah dan pulang ke rumah masing-masing. Saya berpikir bahwa pertemuan kami seperti kembang api tersebut, indah sesaat, tetapi kemudian hilang.
Begitulah petualangan tak terduga saya di Jepang yang berujung pertemanan. Saya sangat senang bisa pergi ke Jepang dan orangnya ramah dan baik hati. Selain itu, saya juga mendapat pengalaman penting, yaitu “setiap kejadian memiliki maknanya masing-masing”. (Dewa Indra)