Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Pendidikan Ganesha kembali menyelenggarakan benkyoukai yang ditujukan untuk mahasiswa baru PBJ angkatan 2025 yang belum pernah belajar bahasa Jepang sama sekali atau belum menguasai huruf Hiragana dan Katakana. Kegiatan ini berlangsung pada 30 Agustus-11 September 2025 dengan tujuan membantu mahasiswa baru menguasai huruf Kana dalam waktu singkat sehingga siap mengikuti perkuliahan yang berkaitan dengan kejepangan seperti mata kuliah bunpo, chokai, kaiwa, dan hyoki.
Kegiatan benkyoukai dibimbing oleh Yeni, S.Pd., M.Pd. dan dibantu oleh empat orang asisten Guntur Febriyansyah, I Gusti Ngurah Satria Nugraha Biomantara, Red Fieldy Jusredy dan Yosefa Putri Amelia. Kegiatan ini dilaksanakan secara daring dan luring, diikuti oleh 26 mahasiswa baru. Selama tiga hari maba mengikuti pembelajaran daring dengan Yeni Sensei untuk materi huruf Hiragana. Selama pembelajaran daring, diterapkan metode tugas dan resitasi, drill membaca dan menulis serta menggunakan lagu. Setelah mengikuti pembelajaran daring, maba mengikuti pembelajaran luring dengan asisten untuk memperlancar huruf Hiragana yang sudah dipelajari saat pembelajaran daring dan melanjutkan belajar materi huruf Katakana.

Pembelajaran luring dengan asisten juga merupakan bagian dari kegiatan tutor sebaya. Selama kegiatan berlangsung, suasana belajar terasa aktif dan interaktif. Mahasiswa baru tampak antusias mengikuti setiap sesi latihan membaca dan menulis huruf Kana. Para asisten tidak hanya berperan sebagai pendamping, tetapi juga sebagai tutor sebaya yang membantu mahasiswa memahami bentuk dan cara penulisan huruf dengan tepat. Mereka juga memberikan berbagai latihan tambahan seperti permainan menebak huruf, membaca kosakata sederhana, hingga mini quiz untuk memperkuat daya ingat mahasiswa.
Berdasarkan penjelasan salah satu asisten, Guntur, proses persiapan materi dilakukan dengan matang. Rancangan pembelajaran selama tiga hari disusun pada hari sebelumnya. Selain itu, para asisten juga menyiapkan bahan ajar berupa PPT agar mahasiswa lebih mudah memahami materi yang disampaikan. Setelah kegiatan selesai, mereka membuat laporan pembelajaran untuk meninjau kembali apakah pelaksanaan kegiatan sudah berjalan sesuai dengan rencana.
Guntur juga menyampaikan bahwa antusiasme mahasiswa baru selama kegiatan berlangsung sangat tinggi. Mahasiswa terlihat aktif mengikuti pembelajaran karena diajar oleh tutor sebaya, sehingga suasana belajar menjadi lebih santai, komunikatif, dan menyenangkan. Respon mereka terhadap kegiatan ini pun sangat positif. Meskipun demikian, Guntur mengakui bahwa ada beberapa tantangan yang dihadapi mahasiswa baru dalam mempelajari huruf Kana. Banyaknya jumlah huruf membuat beberapa mahasiswa kesulitan mengingatnya, terutama karena beberapa bentuk memiliki kemiripan, seperti huruf Katakana シ dan ツ. Selain itu, perbedaan bunyi panjang-pendek serta penggunaan tanda tenten juga sering menjadi sumber kebingungan bagi mahasiswa.

Kendati menghadapi tantangan tersebut, hasil dari benkyoukai ini menunjukkan perkembangan yang positif. Beberapa mahasiswa mengalami peningkatan kemampuan yang cukup signifikan setelah mengikuti kegiatan ini, meskipun ada juga yang masih membutuhkan waktu lebih lama untuk beradaptasi dengan pembelajaran huruf Jepang.
Sebagai asisten, Guntur merasa senang dapat berpartisipasi dalam kegiatan benkyoukai ini. Ia menilai kegiatan tersebut menjadi pengalaman berharga sekaligus tantangan tersendiri karena cukup banyak mahasiswa baru yang benar-benar belum pernah belajar bahasa Jepang sebelumnya, sehingga membutuhkan pendekatan yang lebih sabar dan bertahap. Ia berharap setelah mengikuti benkyoukai, mahasiswa baru dapat lebih siap menghadapi perkuliahan dan terus mengembangkan kemampuan berbahasa Jepang mereka.
gin